Mengkaji Ulang Materialisme

Mengkaji Ulang Materialisme

Kita telah mengamati rezim Fir'aun di Mesir Kuno dan mendapati berbagai kesimpulan penting tentang pilar-pilar filosofis penyokongnya. Ciri-ciri paling menarik dari pemikiran Mesir Kuno, sebagaimana telah disebutkan, adalah bersifat materialis, yakni, memegang kepercayaan bahwa materi bersifat kekal dan tidak diciptakan. Dalam buku mereka, The Hiram Key, Christopher Knight dan Robert Lomas menyebutkan beberapa hal menarik, yang layak diulangi, tentang masalah ini:

Bangsa Mesir meyakini bahwa materi selalu ada; bagi mereka tak masuk akal ada suatu
tuhan yang mencipta dari ketiadaan sama sekali. Mereka menganggap dunia bermula ketika
keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak dulu telah ada pertarungan antara daya
pengaturan dan kekacauan…. Keadaan kacau disebut Nun, dan seperti deskripsi…. bangsa
Sumeria…, semuanya gelap, jurang dalam penuh air dan tanpa matahari dengan sebuah
kekuatan, sebuah daya penciptaan di dalamnya yang memerintahkan keteraturan bermula.
Kekuatan laten ini, yang berada di dalam zat kekacauan tidak mengetahui bahwa ia ada; ia
adalah sebuah probabilitas, sebuah potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan.

Terdapat kemiripan yang luar biasa antara mitos Mesir Kuno dan pemikiran kaum materialis
modern. Sebuah alasan tersembunyi bagi fakta yang menarik ini adalah bahwa, ada sebuah organisasi
modern yang telah mengambil kepercayaan Mesir Kuno ini, dan bermaksud untuk menegakkannya di
seluruh penjuru dunia. Organisasi itu adalah Masonry....

KAUM MASON DAN MESIR KUNO

Filosofi materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi tersebut
diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin Kabbalah. Di lain pihak,
sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama, dan menafsirkan ulang serta
melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang dikenal sebagai “Hermetisisme”.
Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani bagi dewa Mesir Kuno “Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam Yunani Kuno adalah versi lain dari filosofi Mesir Kuno.
Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi ini dan tempatnya di dalam Masonry modern:
Di Mesir Kuno ada suatu masyarakat keagamaan yang mewariskan sebuah sistem
pemikiran dan kepercayaan terhadap Hermetisisme. Masonry meyakini sesuatu yang serupa
dengan ini. Misalnya, mereka yang telah mencapai tingkat tertentu akan menghadiri upacara-upacara
masyarakat itu, mengungkapkan berbagai pemikiran dan perasaan spiritual mereka, serta melatih mereka
yang ada di tingkat yang lebih rendah. Pythagoras adalah seorang pengikut Hermetis yang dilatih di
antara mereka. Lagi-lagi, organisasi dan sistem filosofis dari aliran Alexandrian dan Neoplatonisme berasal usul dari Mesir Kuno serta terdapat sejumlah kemiripan yang signifikan dengan berbagai
ritus Masonik. .
Isindag jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul Masonry dengan
menyatakan, “Freemasonry adalah organisasi sosial dan ritual yang bermula dari Mesir Kuno”.
Banyak lagi sumber-sumber Masonik lain yang berpendapat bahwa asal usul Masonry bermula
dari masyarakat rahasia dari budaya-budaya pagan kuno, semacam pada Mesir dan Yunani Kuno.
Seorang Mason Turki senior, Celil Layiktez, menyatakan dalam sebuah artikel pada majalah Mimar
Sinan, di bawah judul “Rahasia Masonik: Apa yang Bersifat Rahasia dan Apa yang Tidak?”:
Di dalam peradaban Yunani, Mesir, dan Romawi Kuno terdapat aliran misteri (école de
mysterés) yang bertemu pada konteks suatu ilmu tertentu, gnosis, atau pengetahuan rahasia.
Anggota dari aliran misteri ini diterima hanya setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai
upacara inisiasi. Di antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal adalah aliran “Osiris” yang
didasarkan pada peristiwa seperti kelahiran, masa muda, pertarungan melawan kegelapan, kematian dan
kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema ini didramatisasi secara ritual di dalam berbagai upacara yang
diselenggarakan oleh pendeta. Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh lebih
efektif karena partisipasi aktual….
Bertahun-tahun kemudian, ritus-ritus ini membentuk perkumpulan pertama dari suatu
rangkaian persaudaraan yang diprakarsai dan berkelanjutan di bawah nama Masonry.
Persaudaraan semacam ini selalu menegakkan cita-cita yang sama dan, ketika berada di bawah tindasan,
dapat terus hidup secara rahasia. Mereka mampu bertahan hingga hari ini karena terus-menerus
mengubah nama dan bentuk mereka. Namun mereka tetap setia kepada simbolisme kuno dan
karakter khusus mereka, serta mewariskan cita-cita mereka. Untuk mengantisipasi kemungkinan
bahwa pemikiran mereka yang akan membahayakan kemapanan, mereka membuat hukum rahasia di
antara mereka sendiri. Untuk melindungi diri dari kemarahan masyarakat, mereka berlindung di dalam
Masonry Operatif yang berisi peraturan-peraturan yang hati-hati. Mereka menanamkan ini dengan
berbagai pemikiran mereka yang selanjutnya memengaruhi pembentukan Masonry Spekulatif modern
yang kita kenal hari ini.
Dalam kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul Masonry, dan
mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri dari “orang-orang yang jahil”.
Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas
bahwa Masonry adalah representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan
kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang tertua adalah Mesir;
karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami
sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para
Templar.)
Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah salah satu contoh sistem tanpa
tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana diungkapkan Allah di dalam Al Quran. Mesir kuno
adalah pola dasar sejati dari sistem yang jahat. Banyak ayat yang menceritakan kepada kita tentang para
fir'aun yang memerintah Mesir beserta para pembesarnya, tentang kekejaman, kesewenang-wenangan, kejahatan, dan perbuatan mereka yang melebihi batas. Lebih jauh lagi, bangsa Mesir adalah orang-orang
ingkar, yang menyetujui sistem para fir'aun mereka, dan mempercayai dewa-dewa palsu mereka.
Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka berasal usul dari Mesir Kuno, dan
menganggap peradaban tersebut patut dipuji. Sebuah artikel yang diterbitkan pada Mimar Sinan
menyanjung kuil-kuil Mesir Kuno sebagai "sumber keahlian Masonik":
…Bangsa Mesir membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis. Menurut legenda
Masonik, kedua kota ini merupakan sumber pengetahuan dan sains, yakni yang disebut kaum
Mason sebagai "Cahaya Agung." Pythagoras, yang mengunjungi Heliopolis, banyak menyebutnyebut
tentang kuil ini. Kuil Memphis tempat dia pernah menjalani latihan, memunyai sejarah penting.
Di kota Thebes terdapat sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras, Plato, dan Cicero diinisiasi ke
dalam Masonry di kota-kota ini.
Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara umum saja. Mereka mengungkapkan
pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang memerintah sistem yang kejam tersebut. Di dalam artikel
lain dari majalah Mimar Sinan dinyatakan:
Tugas utama fir'aun adalah untuk menemukan Cahaya. Untuk memuliakan Cahaya
Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat…. Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha
membangun Kuil Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun Ehram, atau
Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir Kuno dibagi atas beberapa tingkat.
Tingkatan-tingkatan ini memunyai dua bagian, kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua,
dan tiga; setelah itu tingkat besar dimulai.
Dari sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum Masonry
adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa Masonry merupakan perwakilan
dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir. Karakteristik dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al
Quran mengenai penilaiannya terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang yang
fasik." (QS. An-Nahl, 27:12)
Pada ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:

Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan
Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah
kamu tidak melihat(nya)?
Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat
menjelaskan (perkataannya)?
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersamasama
dia untuk mengiringkannya."
Maka Fir'aun memengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh
kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. Az-Zukhruf, 43: 51-54)
SIMBOL-SIMBOL MESIR KUNO DI LOGE MASON

Salah satu hal paling penting yang menghubungkan Mesir Kuno dengan kaum Mason adalah
simbol-simbol mereka.
Simbol sangat penting dalam Masonry. Kaum Mason mengungkapkan makna sejati filsafat
mereka kepada anggota melalui alegori. Seorang Mason, yang mendaki tahap demi tahap melalui 33
tingkat hirarki Masonik, mempelajari makna-makna baru untuk masing-masing simbol pada tiap
tingkatnya. Dengan begini, anggota menuruni anak tangga demi anak tangga menuju kedalaman filsafat
Masonik.
Sebuah artikel dalam majalah Mimar Sinan menjelaskan fungsi dari simbol-simbol ini:
Kita semua mengetahui bahwa Masonry mengungkapkan gagasan dan cita-citanya melalui
berbagai simbol dan kisah, yakni alegori. Kisah-kisah ini bermula dari abad-abad awal sejarah. Kita
bahkan dapat katakan bahwa kisah-kisah ini merentang jauh ke legenda-legenda masa prasejarah.
Dengan begitu, Masonry menunjukkan panjangnya usia cita-citanya dan memperoleh sumber simbolsimbol yang kaya.
Konsepsi bangsa Mesir Kuno paling menonjol dari berbagai simbol dan legenda ini, yang
merentang jauh ke abad-abad awal sejarah. Di mana-mana di dalam loge Masonik, dan seringkali di
dalam terbitan-terbitan Masonik, gambar piramid dan sphinx serta tulisan hiroglif dapat ditemukan.
Mengenai sumber-sumber kuno Masonry, di dalam artikel pada majalah Mimar Sinan, dinyatakan:
Jika kita memilih Mesir Kuno sebagai “yang tertua”, saya kira tidak salah. Lagipula, fakta bahwa
berbagai upacara, tingkatan, dan filosofi yang ditemukan di Mesir Kuno paling menyerupai yang
terdapat pada Masonry pertama kali menarik perhatian kita.
Sekali lagi, sebuah artikel di dalam Mimar Sinan bertajuk "Asal Usul dan Sasaran Sosial
Freemasonry" menyebutkan:
Pada masa Mesir kuno, berbagai upacara inisiasi di kuil Memphis berlangsung lama,
diselenggarakan dengan penuh perhatian dan kemegahan, dan memperlihatkan banyak kesamaan dengan
upacara-upacara Masonik.
Mari kita kaji beberapa contoh hubungan antara Mesir Kuno dan Masonry.

PIRAMID DI BAWAH MATA

Simbol Masonik yang paling terkenal ditemukan pada cap Amerika Serikat, juga pada uang kertas satu dolar. Pada cap ini terdapat setengah piramid dengan mata pada segitiga di atasnya. Mata di dalam segitiga ini adalah simbol yang senantiasa ditemukan di loge-loge dan semua terbitan Masonik.
Sejumlah besar tulisan yang membahas Masonry menekankan fakta ini.
Piramid di bawah mata di dalam segitiga relatif sedikit menarik perhatian. Namun, piramid ini
sangat berarti dan mencerahkan untuk memahami filsafat Masonry. Seorang penulis Amerika, Rober
Hieronimus, menulis tesis doktoral tentang cap AS di mana ia memberikan sejumlah informasi yang
sangat penting. Judul tesis Hieronimus adalah “Analisis Historis tentang Pemeliharaan Cap Agung
Amerika dan Hubungannya dengan Ideologi Psikologi Humanis”. Tesisnya menunjukkan bahwa para pendiri Amerika, yang semula mengadopsi cap tersebut, adalah kaum Mason, dan karenanya
mendukung filosofi humanis. Hubungan filosofi ini dengan Mesir Kuno disimbolkan dengan piramid
yang ditempatkan di pusat cap tersebut. Piramid ini adalah representasi Piramid Cheops, kuburan
Fir’aun yang terbesar.

MAKNA MASONIK DARI BINTANG SEGIENAM

Simbol Masonry yang terkenal lainnya adalah bintang segienam, yang terbentuk dengan
meletakkan satu segitiga terbalik di atas segitiga lainnya. Ini juga simbol tradisional Yahudi, dan
sekarang ini muncul pada bendera Israel. Diketahui bahwa Nabi Sulaiman pertama kali
menggunakannya sebagai cap. Oleh karena itu, bintang segienam adalah cap seorang nabi, sebuah
simbol suci.
Namun, kaum Mason memunyai konsepsi yang berbeda. Mereka tidak menganggap bintang
segienam ini sebagai simbol Nabi Sulaiman, namun sebagai simbol paganisme bangsa Mesir Kuno.
Sebuah artikel pada Mimar Sinan yang bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol di Dalam Ritual Kita”
menceritakan sejumlah fakta menarik tentang hal ini:
Sebuah segitiga sama sisi dengan tiga ujung yang sama jaraknya satu sama lain menunjukkan
bahwa nilai-nilai ini sama. Simbol yang diadopsi oleh kaum Mason ini dikenal sebagai Bintang David;
simbol ini merupakan sebuah segi enam yang terbentuk dari peletakan sebuah segitiga sama sisi terbalik
di atas segitiga sama sisi lain. Saat ini simbol ini dikenal sebagai simbol Yahudi dan muncul pada
bendera Israel. Namun sebenarnya, asal usul simbol ini adalah dari Mesir Kuno…. Emblem ini
pertama kali diciptakan oleh para Ksatria Templar yang mulai mereka gunakan sebagai simbolisme pada
dekorasi dinding di gereja-gereja mereka. Ini karena merekalah yang pertama kali menemukan di
Yerusalem beberapa fakta penting tentang agama Kristen. Setelah para Templar disingkirkan, emblem
ini mulai digunakan di sinagog-sinagog. Namun di dalam Masonry, kita tak diragukan lagi
menggunakan simbol ini dengan pengertian universal sebagaimana pada masa Mesir Kuno.
Dengan pengertian ini, kita telah menggabungkan dua kekuatan penting. Jika Anda hapus dasar dari kedua segitiga sama sisi, Anda akan menemukan simbol aneh yang sangat Anda kenal.
Sebenarnya, kita harus menafsirkan semua simbol Masonik yang berhubungan dengan Kuil Sulaiman dengan cara ini. Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran, Sulaiman adalah seorang nabi yang hendak difitnah oleh sebagian orang dan ditampakkan seakan-akan tidak bertuhan. Di dalam ayat Al Quran, Allah berfirman:

Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).... (QS. Al
Baqarah, 2:102)

Kaum Mason mengambil gagasan yang secara keliru dinisbahkan kepada Nabi Sulaiman ini,
dengan menganggapnya sebagai wakil dari kepercayaan pagan Mesir Kuno. Oleh karena itu, mereka memberinya tempat penting di dalam doktrin mereka. Di dalam buku The Occult Conspiracy, sejarawan
Amerika Michael Howard menyebutkan bahwa, semenjak Abad Pertengahan, Sulaiman telah dianggap
sebagai ahli sihir dan seorang yang memperkenalkan sejumlah gagasan pagan ke dalam Yahudi.
Howard menjelaskan bahwa kaum Mason menganggap Kuil Sulaiman sebagai “kuil pagan”, dan karenanya menjadi penting.
Gambaran palsu yang dibuat-buat atas Nabi Sulaiman, seorang abdi Allah yang saleh dan taat, menunjukkan asal usul sejati Masonry.

TIANG GANDA

Bagian dekor loge Masonik yang sangat diperlukan adalah tiang ganda di pintu masuk. Kata
“Jachin” dan “Boaz” dipahatkan di atasnya, sebagai tiruan dari dua tiang pada pintu masuk Kuil
Sulaiman. Namun sebenarnya, kaum Mason tidak memperuntukkan tiang-tiang ini sebagai tanda
peringatan atas Sulaiman; melainkan sebagai ungkapan tuduhan jahat mereka terhadapnya. Asal usul
tiang-tiang ini lagi-lagi berasal dari Mesir Kuno. Di dalam sebuah artikel bertajuk “Alegori dan Simbol-
Simbol dalam Ritual Kita”, majalah Mimar Sinan menyebutkan:
Misalnya, di Mesir, Horus dan Set merupakan arsitek kembar dan penopang langit. Bahkan begitu
juga Bacchus di Thebes. Kedua tiang di dalam loge kita berasal usul dari Mesir Kuno. Salah satu
tiang ini berada di selatan Mesir, di kota Thebes; yang lainnya berada di utara Heliopolis. Di pintu
masuk kuil Amenta yang dipersembahkan untuk Ptah, dewa kepala Mesir, disebutkan dua tiang, dinamai
kecerdasan dan kekuatan, yang didirikan di depan gerbang masuk keabadian.

TERMINOLOGI MESIR DI LOGE

Pada buku mereka, The Hiram Key, kedua penulis Masonik Inggris, Christopher Knight dan
Robert Lomas, menujukan perhatian kepada akar Masonry di Mesir Kuno. Salah satu poin penting yang
mereka ungkapkan adalah bahwa kata-kata yang digunakan di dalam upacara kenaikan tingkat seorang
Mason menjadi Imam Mason adalah:
Ma'at-neb-men-aa, Ma'at-ba-aa'.
Knight dan Lomas menjelaskan bahwa kata-kata ini seringkali digunakan tanpa memikirkan
artinya. Namun, ini adalah kata-kata Mesir Kuno dan memunyai arti,
Agunglah Imam Freemansory yang tak dapat dipungkiri, Agunglah jiwa Freemasonry.
Kedua penulis tersebut menyatakan bahwa kata "Ma'at" berarti keahlian membangun tembok, dan
bahwa terjemahan terdekatnya adalah "Masonry". Ini berarti bahwa kaum Mason modern, ribuan tahun
setelahnya, masih melestarikan bahasa Mesir Kuno di loge-loge mereka.
SULING AJAIB MOZART

Salah satu produk Masonry yang lebih menarik adalah Suling Ajaib (Magic Flute), sebuah opera
karya komposer terkenal, Mozart. Mozart adalah seorang Mason, dan merupakan sebuah fakta yang
diakui bahwa banyak bagian dari operanya mengandung pesan-pesan Masonik. Yang menarik, pesanpesan
Masonik ini sangat erat berhubungan dengan paganisme Mesir Kuno. Mimar Sinan menjelaskan
hal ini:
Telah diketahui bahwa ada hubungan yang sangat jelas antara Mesir Kuno dengan upacaraupacara
ritual Masonik. Meskipun begitu banyak orang yang mencoba menginterpretasikan Suling Ajaib
sebagai "cerita tentang Timur Jauh", pada pondasinya terdapat ritual-ritual Mesir. Para dewa dan dewi
dari kuil-kuil Mesirlah yang memengaruhi penciptaan karakter pada Suling Ajaib.

OBELISK

Simbol penting Masonry lainnya adalah wujud yang pernah menjadi unsur penting dalam
arsitektur Mesir — obelisk. Obelisk adalah sebuah menara tinggi, tegak lurus dengan piramid sebagai
puncaknya. Obelisk dipahat dengan hiroglif Mesir Kuno, dan terkubur selama berabad-abad di bawah
tanah sampai ditemukan di abad kesembilan belas, dan dipindahkan ke kota-kota di Barat seperti New
York, London, dan Paris. Obelisk terbesar dikirimkan ke AS. Pengiriman ini diatur oleh kaum Mason.
Ini karena obelisk, sebagaimana huruf-huruf Mesir Kuno yang terpahat padanya, diklaim oleh kaum
Mason benar-benar sebagai simbol-simbol mereka sendiri. Mimar Sinan menegaskan tentang obelisk
setinggi 21 meter di New York sebagai berikut :
Contoh yang paling mengejutkan tentang penggunaan simbolik arsitektur adalah monumen yang
disebut Jarum Cleopatra, diberikan kepada AS sebagai hadiah di tahun 1878 oleh Gubernur Mesir,
Ismail. Monumen ini sekarang berada di Central Park. Permukaannya penuh dengan lambanglambang
Masonik. Monumen ini aslinya didirikan pada abad ke-16 SM di pintu masuk ke kuil dewa
Matahari, sebuah pusat inisiasi di Heliopolis.

LEGENDA TENTANG ISIS — SANG JANDA

Ide simbolis penting di dalam Masonry adalah ide tentang sang janda. Kaum Mason menyebut
diri mereka anak-anak sang janda, dan gambar-gambar janda muncul di berbagai publikasi mereka.
Apakah asal usul gagasan ini? Siapakah janda ini?
Jika kita mengkaji sumber-sumber Masonik, kita menemukan bahwa simbol sang janda asalnya
diturunkan dari legenda Mesir. Legenda ini adalah salah satu mitos Mesir Kuno yang paling penting —
kisah Osiris dan Isis. Osiris adalah dewa kesuburan dan Isis adalah istrinya. Menurut legenda tersebut,
Osiris adalah korban kejahatan nafsu yang menyebabkan Isis menjadi janda. Maka, janda Masonik
adalah Isis. Sebuah artikel pada Mimar Sinan menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut: Legenda Osiris-Isis adalah topik dari banyak artikel dan ceramah serta merupakan mitos Mesir Kuno yang terdekat dengan Masonry. Ujian untuk menjadi pendeta kuil Isis adalah inisiasi Masonik itu sendiri. Akan membosankan jika harus mengulanginya. Di sana, cahaya adalah salah satu unsure terpenting; agar terkubur di dalam kegelapan Timur, matahari pagi mulai turun di sore hari dan menggantikan tugas Osiris setiap hari, sebagaimana Horus yang dengan lebih cemerlang menggantikan tempat ayahnya yang terbunuh. Maka, “janda” yang anak-anaknya adalah kita tak lain dari janda Osiris, Isis.
Tampaklah bahwa Masonry, yang menggambarkan dirinya sebagai berdiri di atas logika dan sains, sebenarnya adalah sebuah doktrin mitologis yang penuh dengan kepercayaan takhyul.

JANGKA DAN SIKU-SIKU

Di antara simbol Masonry yang paling dikenal adalah sebuah jangka yang menangkupi siku-siku.
Jika kaum Mason ditanya, mereka menjelaskan bahwa simbol ini mewakili konsep sains, keteraturan
geometrik dan pemikiran rasional. Namun, jangka dan siku-siku tersebut sebenarnya memunyai makna
yang sangat berbeda.
Kita dapat memahami dari sebuah buku yang ditulis oleh salah seorang Mason terbesar sepanjang
masa. Di dalam bukunya Morals and Dogmas, Albert Pike menulis sebagai berikut tentang jangka dan
siku-siku:
Siku-siku… adalah suatu simbol yang alamiah dan tepat dari bumi ini…. Figur hemaproditik
adalah simbol dari alam ganda yang sejak dahulu diberikan kepada Dewa, sebagaimana Pembangkit dan
Penghasil, sebagaimana Brahma dan Maya bagi bangsa Arya, Osiris dan Isis bagi bangsa Mesir.
Sebagaimana Matahari adalah pria, maka Bulan adalah wanita.
Ini berarti bahwa jangka dan siku-siku, simbol Masonry yang paling terkenal, adalah sebuah
simbol dari paganisme Arya dan berawal sejak zaman Mesir Kuno atau sebelum kedatangan agama
Kristen. Bulan dan matahari pada bagian yang dikutip dari Pike, merupakan simbol-simbol penting pada
loge Masonik, dan tak lain daripada sebuah refleksi keyakinan keliru masyarakat pagan kuno yang
menyembah bulan dan matahari itu.

FILOSOFI PAGAN MASONRY

Sejauh ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu doktrin pagan yang
merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna sejati dari konsep-konsep dan simbolsimbolnya
tersembunyi. Oleh sebab inilah, Masonry bertentangan dengan agama-agama Monoteistik.
Masonry adalah humanis, materialis, dan evolusionis. Sejarawan Amerika Michael Howard
menguraikan rahasia ini yang hanya diungkapkan sepenuhnya kepada kaum Mason dari tingkat
tertinggi.
Mengapa orang Kristen seharusnya sangat kritis terhadap Freemasonry…? … Jawaban atas
pertanyaan ini terletak pada “rahasia-rahasia” Freemasonry. Kalaupun rahasia-rahasia ini terbuka bagi masyarakat umum, diragukan apakah makna-maknanya akan dimengerti oleh mereka yang tidak benar-benar mengetahui berbagai doktrin klenik dan agama kuno. Nyatanya, diragukan jika banyak dari
anggota loge biasa memahami apa yang diwakili rahasiara-hasianya. Di kalangan dalam Masonry, di
antara mereka yang telah mencapai tingkat inisiasi yang lebih tinggi, terdapat para Mason yang memahami bahwa mereka adalah pewaris dari suatu tradisi kuno dan pra-Kristen yang diteruskan dari masa pagan.
Jika kita mengamati tulisan-tulisan dari Masonry Turki, kita memahami bahwa tingkat tertinggi
memiliki pengetahuan yang mereka jaga tetap tersembunyi dari saudara-saudara lain. Imam Mason
Necdet Egeran menjelaskan apa pendapat para Mason tingkat tinggi tentang hal ini:
Sebagian Mason bahkan memahami bahwa Masonry hanya sebagai sebentuk setengah agama,
setengah lembaga persaudaraan amal di mana mereka dapat membina hubungan sosial yang
menyenangkan dan memperlakukannya sesuai dengan itu. Yang lainnya menganggap bahwa tujuan
Masonry hanyalah untuk membuat orang baik menjadi lebih baik. Masih ada lainnya yang menganggap
bahwa Masonry adalah tempat untuk membangun karakter. Pendeknya, mereka yang tidak mengetahui
bagaimana membaca atau menulis bahasa keramat Masonry memahami bahwa makna dari berbagai
simbol dan alegorinya seperti itu atau yang serupa. Tetapi bagi sebagian kecil kaum Mason yang
mampu masuk lebih dalam, Masonry dan sasaran-sasarannya sangat berbeda. Masonry berarti
sebuah pengetahuan yang ditampakkan, suatu inisiasi dan sebuah awal. Ini berarti meninggalkan cara
hidup lama dan memasuki yang baru dan lebih-lebih lagi, lebih mulia…. Di balik simbolisme dasar
dan utama dari Masonry terdapat serangkaian pengungkapan rahasia yang membantu kita
memasuki kehidupan dalam yang lebih tinggi dan mempelajari rahasia-rahasia keberadaan kita.
Maka, pada kehidupan bagian dalam dan pintu masuknya inilah dimungkinkan untuk mencapai
Pencerahan Masonry. Setelah itulah menjadi mungkin untuk mempelajari karakter dan kondisi dari
kemajuan dan evolusi.
Kutipan ini menggaris bawahi bahwa walaupun sebagian kecil kaum Mason tingkat rendah
menganggap Masonry sebagai suatu organisasi amal dan sosial, namun Masonry sebenarnya
menyangkut rahasia keberadaan manusia. Artinya, tampilan luar Masonry sebagai organisasi amal atau
sosial sebenarnya adalah penyamaran untuk menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam
kenyataannya, Masonry adalah sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara
sistematik kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya.
Sebagaimana telah dikemukakan di awal, unsur fundamental filosofi ini, yang telah berkembang
menjadi Masonry dari budaya pagan, khususnya dari Mesir Kuno, adalah materialisme.

http://www.harunyahya.com

Leave a Reply