Materialisme Masonik : Penuhanan Materi

Materialisme Masonik : Penuhanan Materi

Perlu dipahami dengan jelas apa itu filosofi materialis: Pendukung filosofi ini memercayai bahwa
adanya keteraturan dan keseimbangan luar biasa di alam semesta, serta jutaan spesies makhluk hidup di
dunia, termasuk manusia, semata-mata disebabkan oleh aktivitas atom-atom pembentuk materi. Dengan
kata lain, mereka memercayai atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran sebagai pencipta.
Betapa modern pun tampaknya, pada kenyataannya gagasan ini adalah pembangkitan kembali
kepercayaan yang telah ada sejak abad-abad awal sejarah: Keberhalaan. Orang-orang yang menyembah
berhala percaya bahwa patung-patung dan totem-totem yang mereka sembah memunyai roh dan kekuatan. Dengan kata lain, mereka menyifatkan kesadaran dan kekuatan yang besar kepada materi
yang tidak hidup dan tanpa kesadaran. Tentu saja, ini benar-benar tidak masuk akal. Di dalam Al Quran,
Allah menyebutkan irasionalitas paganisme ini. Di dalam kisah para Nabi, lancungnya kepercayaan
pagan ditekankan secara khusus. Misalnya, Ibrahim bertanya kepada ayahnya, “Ayah, mengapa
engkau menyembah apa yang tidak dapat mendengar atau melihat dan tidak memberi manfaat
apa-apa bagimu?” (QS. Maryam, 19: 42) Jelaslah bahwa memberikan sifat ketuhanan kepada materi
yang tidak bernyawa, yang tidak dapat mendengar ataupun melihat, “tidak memberi manfaat apa-apa
bagi siapa pun”, dan tidak punya kekuatan, nyata-nyata sangat bodoh.
Kaum materialis adalah contoh modern dari penyembah berhala. Mereka tidak menyembah
patung dan totem yang terbuat dari kayu dan batu, namun memercayai gagasan bahwa materi
membentuk, tidak hanya ini, tetapi semua benda, dan menganggap bahwa materi ini memunyai
kekuatan, kecerdasan, dan pengetahuan yang tidak terbatas. Tulisan-tulisan Masonik menyebutkan
beberapa hal menarik tentang ini, yang merupakan esensi materialisme. Sebuah artikel di majalah
Mimar Sinan menyatakan:
Agar objek material mewujud, atom-atom berkumpul dalam susunan tertentu. Kekuatan yang
menyebabkan organisasi ini adalah roh yang dimiliki setiap atom. Karena setiap roh memiliki
kesadaran, setiap benda yang tercipta memiliki kesadaran yang cerdas. Dan setiap benda yang tercipta
memiliki kecerdasan pada tingkat yang sama. Manusia, hewan, bakteri, dan molekul semuanya memiliki
kecerdasan pada tingkat yang sama.
Kita memperhatikan di sini adanya klaim bahwa setiap atom memiliki kecerdasan dan kesadaran.
Para penulis Masonik yang membuat klaim ini mengajukan bahwa segala sesuatu memiliki kesadaran
karena atom-atom memilikinya dan karena ia menolak keberadaan roh manusia, dia menganggap
manusia sebagai massa atom-atom, sama seperti hewan atau molekul-molekul yang tidak hidup.
Namun, inilah faktanya: materi tidak hidup (atom-atom) tidak memunyai roh, kesadaran, ataupun
kecerdasan. Inilah fakta yang dibuktikan kepada kita oleh pengamatan dan percobaan. Hanya makhluk
hidup yang memiliki kesadaran, yang merupakan hasil dari “jiwa” yang telah diberikan Tuhan kepada
mereka. Dari semua makhluk hidup, manusia dianugerahi tingkat kesadaran tertinggi karena mereka
memiliki roh yang unik yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Dengan kata lain, kesadaran tidak ditemukan pada materi tidak hidup, sebagaimana dipercayai
kaum Mason, namun pada makhluk yang berjiwa. Namun, untuk menolak keberadaan Tuhan, kaum
Mason mengambil kepercayaan bodoh yang menyifatkan “roh” kepada atom-atom.
Kepercayaan materialis yang didukung oleh kaum Mason ini adalah tampilan baru dari
kepercayaan pagan bernama “animisme”, yang menganggap setiap material di alam (batu, gunung,
angin, air, dan sebagainya) memiliki jiwa dan kesadarannya sendiri. Filosof Yunani Aristoteles
menggabungkan kepercayaan ini dengan materialisme (kepercayaan bahwa materi tidak diciptakan dan
merupakan satu-satunya bentuk absolut). Bahkan saat ini, penyifatan kesadaran kepada benda tak
bernyawa — karena merupakan esensi dari materialisme — telah menjadi sebentuk paganisme
kontemporer.
Tulisan-tulisan Masonik penuh dengan penuturan menarik tentang kepercayaan ini. Sebuah artikel pada Mimar Sinan bertajuk “Jalan Kebenaran” menyatakan:
Jika kita menerima hirarki animis bahwa roh ada di dalam atom, bahwa molekul
mengarahkan roh di dalam atom, bahwa sel mengarahkan roh di dalam molekul, bahwa organ
mengarahkan roh di dalam sel, bukankah roh utama yang mengarahkan keseluruhan tubuh merupakan
tuhan dari roh-roh yang lebih kecil ini?
Doktrin palsu dan primitif ini membuat kaum Mason percaya bahwa keseimbangan dan
keteraturan di alam semesta dipengaruhi oleh materi tak bernyawa. Lagi, di Mimar Sinan, sebuah artikel
muncul tentang perkembangan geologis dunia. Dinyatakan:
Kehancuran permukaan ini terjadi begitu halusnya sehingga kita dapat katakan bahwa keadaan
kehidupan sekarang ini tercapai sebagai hasil dari kecerdasan tersembunyi pada magma. Jika
tidak demikian, air tidak akan berkumpul di cekungan dan bumi akan sepenuhnya ditutupi air.
Artikel lain di majalah Mimar Sinan mengklaim bahwa sel-sel hidup pertama, dan sel-sel yang
kemudian berkembang dari mereka memiliki kesadaran, membuat perencanaan, dan melaksanakannya:
Awal kehidupan di bumi terjadi ketika sebuah sel tunggal muncul. Sel tunggal ini segera mulai
bergerak dan di bawah impuls yang vital dan sangat pemberontak, membelah dua dan meneruskan
pembelahan tak berhingga ini sepanjang jalannya. Namun sel-sel terpisah ini tidak merasakan tujuan
apa-apa dari pergerakannya dan di bawah dorongan naluriah yang kuat untuk mempertahankan diri, selsel
terpisah ini bekerja sama, berkumpul, dan bekerja di dalam keselarasan yang sangat demokratis dan
pengorbanan diri dalam pembentukan organ-organ yang penting bagi kehidupan itu.
Namun, berlawanan dengan apa yang ditegaskan oleh kutipan ini, tidak ada kesadaran pada sel
hidup. Kepercayaan ini tak lain dari takhyul. Lagi, sebagaimana tampak pada kutipan di atas, untuk
menyangkal keberadaan Tuhan dan tindakan penciptaan-Nya, mereka memberikan sifat yang
menggelikan kepada atom, molekul, dan sel, seperti kecerdasan, kemampuan berencana, pengorbanan
diri, dan bahkan “keselarasan demokratik”. Sama tak masuk akalnya dengan mengatakan bahwa
terciptanya sebuah lukisan cat minyak karena “cat-cat bersama-sama menyusun diri menurut sebuah
rencana, dan melakukannya secara demokratis dan penuh harmoni,” begitu pula klaim kaum Mason
tentang asal usul kehidupan adalah nonsens.
Ungkapan umum lainnya tentang ajaran takhyul Masonry dan materialismenya adalah gagasan
“Ibu Alam” (Mother Nature). Kita menemukan ungkapan ini dalam berbagai film dokumenter, buku,
majalah, bahkan iklan; digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan bahwa materi tak bernyawa yang
menyusun alam (nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon, dan lain-lain) memiliki kekuatan sadar, dan bahwa
dengan sendirinya menciptakan manusia dan semua makhluk hidup. Mitos ini tidak didasarkan pada
observasi ataupun pemikiran logis, tetapi dimaksudkan untuk memengaruhi orang-orang melalui
indoktrinasi massal. Tujuannya adalah agar manusia melupakan Tuhan, Pencipta sebenarnya, berpaling
kepada paganisme, di mana “alam” dianggap sebagai pencipta.
Masonry berupaya keras membentuk kredo ini, memperkuat, dan menyebarkannya, serta
menyokong semua kekuatan sosial yang dianggapnya sebagai sekutu. Sebuah artikel di Mimar Sinan,
bertajuk “Pemikiran tentang Konsep dan Evolusi Solidaritas dari Sudut Pandang Ilmiah”, berbicara
tentang “keselarasan misterius yang ditata oleh ibu alam” dan menyatakan bahwa ini adalah basis dari
filosofi humanis Masonry. Lebih jauh dikatakan bahwa Masonry akan menyokong gerakan-gerakan yang mendukung filosofi ini.
Jika dipandang dari sudut pemberian dan pengambilan material dalam dunia makhluk hidup,
bahwa mikroba-mikroba yang bermanfaat yang hidup di bumi dan di dalam tubuh kita, semua tumbuhtumbuhan, hewan, dan manusia ada dalam sebuah keselarasan misterius yang diatur oleh ibu alam, dan bahwa semuanya terus-menerus sibuk dengan solidaritas organik, saya ingin meyakinkan
sekali lagi bahwa Masonry akan memandang setiap jenis gerakan psikososial yang didedikasikan untuk
kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman, dan kebahagiaan, singkatnya setiap gerakan yang berada di
jalan menuju humanisme dan kesatuan universal umat manusia, sebagai sarana dan aksi yang
memajukan cita-citanya juga.
Yang terpenting di antara “sarana dan aksi” yang “memajukan cita-cita Masonry” itu adalah teori evolusi yang diaku-aku berlandasan ilmiah, sebuah dukungan modern bagi materialisme dan humanisme. Pada bab selanjutnya kita akan melihat lebih dekat lagi teori evolusi dari zaman Darwin hingga propaganda evolusionis modern, dan kita akan menemukan hubungan rahasia Masonry dengan
kesalahan ilmiah terbesar sepanjang masa ini.

http://www.harunyahya.com

Leave a Reply