AGAMA NASRANI

AGAMA NASRANI

Dogma yaag terbesar dalam Agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik adalah tentang: TRINITAS. Kepadanya semua ajaran dan dogma yang ditetapkan kemudian tergantung. Yang dimaksud dengan Trinitas ialah suatu kepercayaan bahwa Tuhan adalah satu dalam tiga pribadi, yakni Allah Bapa, Allah Putera (anak) yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus.

Dogma tentang Trinitas baru dirumuskan dalam abad ke IV dalam suatu Konsili di Nicea. Konsili itu diikuti oleh para Uskup, Theolog kenamaan dan banyak Sarjana Gereja. Keputusan Konsili itu dirumuskan dalam 12 Sahadat para Rasul, di mana dirumuskan bahwa ketiga pribadi dalam Allah yang satu itu adalah sejajar, walaupun digunakan istilah Bapa dan Anak; Dalam doa litani Umat Katolik sebutan Trinitas dirumuskan dengan kata-kata: “Allah Tritunggal Kudus Tuhan Yang Maha Esa.”

Rumusan Konsili Nicea abad ke IV tentang TRINITAS itu mendasarkan pada ucapan Yesus Kristus sendiri dalam Injil Mateus 28: 19 “Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa murid-KU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus “

Tetapi apakah benar bahwa ucapan Yesus itu dimaksudkan oleh Yesus sendiri untuk mengajar bahwa dalam Allah yang Esa itu terdapat tiga pribadi, sebab Yesus sendiri secara explicit tidak pernah mengatakan hal itu.

Apakah pengakuan orang Kristen tentang Allah tidak bertentangan dengan Ke-ESA-an Allah itu sendiri? Umat Kristen sendiri sulit untuk menjelaskannya; karena itu mereka selalu melarikan diri pada jawaban: misteri Tuhan yang sulit diungkapkan.” Bahkan untuk memperkuat jawaban itu, mereka selalu menceriterakan kisah Agustinus, Uskup Hipo yang juga pernah mengalami kebimbangan tentang TRINITAS. Untuk memecahkan hal itu Uskup Agustinus berjalan-jalan di tepi laut. Di situ Agustinus bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang membuat sumur-sumuran dengan menggali pasir di tepi laut itu. Uskup Hipo itu bertanya: “Untuk apakah sumur-sumur itu, nak?” Anak itu menjawab, “Saya akan memasukkan semua air laut ke dalam sumur ini.”

Akhirnya, Agustinus mengambil kesimpulan, misteri Tuhan adalah begitu luas seperti luasnya samudera yang tak kelihatan tepinya; sedang otak manusia hanya terbatas seperti sumur-sumuran yang dibuat oleh anak kecil itu. Jadi tidak mungkin kita dapat mengerti dengan jelas misteri Allah; oleh karena itu walaupun Trinitas merupakan hal yang sulit, terimalah saja seperti itu, Marilah kita membuka halaman pertama dari Al-Kitab, pada Kitab Kejadian (Genesis = Purwaning Dumadi) pada pasal yang pertama.

Pada Kejadian 1:26, kita baca: Berfirmanlah Allah:
“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita “
Dalam anak ayat yang sependek itu kita menjumpai 2 kata “kita,” sebagai kataganti untuk Allah. Bukankah dengan kata “kita” terkandung pengertian ada lebih dari satu Allah? Mungkinkah kataganti untuk Allah memang dipakai kata “kita”? Tetapi kalau kita membuka lebih lanjut pada Kejadian 1:29 kita baca : Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, AKU memberikan kepadamu.” Mengapa di sini dipakai kata AKU untuk ganti Allah? Bukankah dengan melihat kenyataan ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa memang sungguh ada lebih dari satu Allah?

Sekarang yang hendak kita persoalkan ialah Sabda Yesus pada Injil Mateus 28: 19; siapakah sebetulnya Bapa, Anak dan Roh Kudus seperti sabda Yesus dalam Mateus 28: 19? Sering orang Kristen mengatakan bahwa pengertian Umat Islam tentang Allah masih kurang lengkap, sebab orang Islam hanya mengenal Allah Bapa saja. Baiklah, kita setuju saja dengan mereka bahwa yang kita imani sebagai Allah adalah Allah Bapa seperti yang diimani oleh orang Kristen, tetapi siapakah anak dan siapakah Roh Kudus?

Kalau kita membaca seluruh isi Perjanjian Lama, maka semua Nabi dan orang Kudus pada waktu itu disebut sebagai Anak Allah. Bahkan oleh Yesus sebutan “Anak Allah” itu diperluas bagi mereka yang membawa damai. Dalam kotbah di bukit yang kemudian terkenal dengan Delapan Sabda Bahagia Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mateus 5: 9).

Jadi jelas bahwa sebutan Anak Allah bukan monopoli pribadi Yesus sendiri, tetapi untuk semua Nabi dan mereka yang membawa damai, Yesus sendiri dalam Mateus 6:9 mengajar murid-murid-NYA sebuah doa yang kemudian menjadi terkenal dengan sebutan: “DOA BAPA KAMI.” Dalam doa itu Yesus mengajar kepada kita agar menyebut “Bapa” kepada Allah yang ada di Surga. Hal ini nyata juga kalau kita perhatikan sabda Yesus pada Mateus 15: 13. Jawab Yesus: “Setiap tanaman yang ditanam Bapa-Ku” Dalam ayat itu Yesus menyebut Allah dengan perkataan Bapa-KU, sedang di ayat lain Yesus menyebut Allah dengan perkataan Bapa-mu (Mateus 10:20). Yesus sendiri rupanya lebih senang dengan predikat “Anak manusia.” (Periksalah Injil Mateus pasal 16 keseluruhan).

Sekarang siapakah Roh Kudus itu? Untuk itu Yesus menjelaskan sebagai berikut: “AKU (Yesus) akan minta kepada Bapa, dan IA akan memberikan kepadamu seorang Ponolong yang lain, supaya IA menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran (Injil Yohanes 14: 16). Jadi Penolong yang akan datang adalah seorang (tentunya seorang manusia). Sedang sesuatu disebut Roh ialah jika ia sudah mati atau belum lahir. Jadi jelaslah bahwa Penolong yang dijanjikan Yesus adalah seorang yang belum lahir. Siapakah dia? Mungkinkah Paulus? Baiklah, hal ini akan kita tinjau lebih lanjut.

Bila kembali kepada ucapan Yesus pada Mateus 28: 19: “, dan baptislah mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, “ Apakah artinya baptis? Orang Yahudi mempunyai kepercayaan bahwa Allah akan menyelamatkan setiap manusia. Tetapi dari fihak manusia ada yang menerima penyelamatan dari Allah dan ada yang tidak mau. Mereka yang mau menerima penyelamatan itu diharuskan bertobat, dan sebagai tanda tobat mereka dibaptis. Upacara baptis biasanya dilakukan di sungai dengan mencelupkan kepala mereka ke dalam air. Upacara baptis sekarang diteruskan oleh semua Gereja Kristen dan Katolik sebagai lambang penerimaan mereka akan iman Kristen, hanya caranya yang berbeda. Ada Gereja yang membaptis dengan betul-betul mencelupkan kepala calon baptis di sebuah sungai, ada yang hanya mencucurkan air pada salah satu bagian tubuh yang biasanya adalah kepala.

Upacara baptis itu kemudian diakui sebagai Sakramen.
(Sakramen = setiap ucapan dan perbuatan Yesus yang mendatangkan Rahmat). Jadi dapatlah disimpulkan bahwa baptis ialah tanda bahwa manusia itu telah diselamatkan, karena menurut kepercayaan umat Kristen pada waktu sekarang dibaptis (= dipermandikan) semua dosanya dihapus.

Jadi ucapan Yesus dalam Mateus 28: 19: “ dan baptislah mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dapatlah diartikan, “ selamatkanlah mereka dengan nama (ajaran) Allah dan seorang nabi dan lebih-lebih ajaran seorang penolong yang datang sesudah Yesus.”

Tetapi siapakah “Penolong yang datang sesudah Yesus?”
Pauluskah? Karena Paulus adalah seorang pembaharu yang datang sesudah Yesus. Pada peninjauan lebih lanjut kita akan membahas siapakah Penolong itu.

Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Leave a Reply