Keturunan Ibrahim

Keturunan Ibrahim

Orang Yahudi, yang kemudian juga orang Kristen (Protestan dan, Katolik) mempunyai kepercayaan bahwa Messias atau penyelamat dunia, Juru Selamat; adalah berasal dari keturunan Ibrahim, keturunan Daud. Sadar akan kepercayaan ini, maka Mateus pada permulaan Injil-nya menulis bahwa Yesus adalah keturunan Ibrahim, keturunan Daud. “Inilah sisilah Yesus Kristus, maka Daud, anak Ibrahim “ (Mt. 1: 1). Sedangkan silsilah itu ternyata merupakan sesuatu yang dipaksakan. Perhatikanlah: setelah Mateus menyuguhkan kepada kita deretan nama-nama yang merupakan deretan keturunan Ibrahim dalam Injilnya pada pasal 1 ayat 2 sampai dengan 15, maka pada ayat ke 16, Mateus menulis: “Yakub memperanakan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.

Kalau kita perhatikan dengan baik, maka yang menjadi keturunan Ibrahim adalah Yusuf bukan Maria, Padahal orang Kristen mengimani bahwa Yesus tidak lahir dari “hubungan” Yusuf dan Maria. Jadi jelas bahwa Yesus sendiri menurut Mateus adalah bukan keturunan Ibrahim, keturunan Daud.

Menurut kepercayaan orang Kristen bahwa Penyelamat dunia akan lahir dari anak Ibrahim. Ibrahim sendiri beranak 2 dari 2 orang isteri pula, yakni Sara dan Hagar. Tetapi umat Kristen menekankan bahwa anak Ibrahim yang syah adalah Ishak, yang lahir dari Sara: sedang Ismail bukanlah anak Ibrahim yang syah karena lahir dari seorang budak, jadi tidak mungkin Juru Selamat Dunia lahir dari keturunan Ismail. Betulkah Ismail bukan anak Ibrahim yang syah?

Sebagai dasar untuk membuktikan bahwa hanya Ishak yang merupakan anak Ibrahim yang syah, umat Kristen mempergunakan Kitab Kejadian 22: 2, Firman-NYA: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak.” Apakah Ismail bukan anak Ibrahim yang syah? Hal ini nyata dibantah sendiri oleh Kitab Kejadian pasal 21: 13: “Tetapi keturunan dari hambamu itu (Ismail) juga akan KU-buat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.”

Bangsa Yahudi (Israel) mempercayai bahwa mereka adalah bangsa pilihan dimana sejarah penyelamatan manusia akan selalu bersumber kepada dan dari bangsa itu. Jadi menurut kepercayaan mereka Juru Selamat Dunia akan datang dari bangsa Israel. Tetapi apakah keturunan Ibrahim itu hanya yang lahir sebagai anak- anak Ishak? Rupanya hal ini dibantah sendiri oleh Yesus Kristus: “Dan janganlah mengira, kamu dapat berkata dalam hatimu: Ibrahim adalah bapa kami. Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak Ibrahim dari batu-batu itu.” (Mateus 3: 9).

Jadi jelaslah bahwa keturunan Ibrahim bukan saja yang lahir sebagai anak-anak Ishak tetapi juga dari batu-pun bisa jadi keturunan Ibrahim, lebih-lebih anak-anak Ismail yang nyata diakui dalam Kiitab Kejadian.

Kalau Juru Selamat Dunia harus lahir sebagai keturunan Ibrahim maka tentu tidak menutup kemungkinan bahwa Juru Selamat itu adalah lahir dari garis Ismail. Tetapi kalau juga ditentukan bahwa Juru Selamat itu lahir dari garis
Ishak, tetapi apakah Juru Selamat itu juga harus “Anak Daud?” Hal itupun akan ditinjau pada pasal-pasal berikut.
Yesus dan Hukum Taurat
Apakah yang disebut Kitab Taurat? Taurat adalah merupakan kumpulan lima buah Kitab yang kemudian dikenal sebagai dikarang oleh Musa yang sekarang diterima oleh Umat Kristen sebagai lima Kitab pertama dalam Perjanjian Lama. Ke-lima Kitab itu ialah: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulang-tutur (Ulangan). Di dalam Kitab Taurat memuat Kisah penciptaan bumi langit, sejarah manusia pertama, panggilan Tuhan kepada Ibrahim, riwayat keturunan Ishak yang kemudian dikenal sebagai bangsa Israel, perbudakan bangsa Israel oleh Bangsa Mesir, panggilan Tuhan kepada Musa untuk menyelamatkan Bangsa Israel juga memuat tentang hukum-hukum moral yang wajib ditaati oleh Bangsa Israel.

Apakah tugas Yesus sehubungan dengan Hukum Taurat? Yesus sendiri menegaskan misinya: “Janganlah kamu menyangka, bahwa AKU datang untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena itu aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat, sekalipun yang paling kecil dan mengajarkan demikian, ia akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Sorga” (Mateus 5: 17-19).

Salah satu HUKUM TAURAT ialah tentang SUNAT. Sunat dalam Hukum Taurat dipandang sebagai satu perjanjian dengan Tuhan. Hal ini dapat kita baca dalam Perjanjian Lama. “Lagi firman Allah kepada Ibrahim: -Dari fihakmu, engkau harus memegang perjanjian-KU, engkau dan keturunanmu turun-temurun. Inilah perjanjian-KU, yang harus kamu pegang, perjanjian antara AKU dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatannya dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara AKU dan kamu” (Kejadian 17: 9-11).

Sunat, yang dipandang oleh Tuhan sebagai tanda perjanjian antara Tuhan dan Ibrahim (serta keturunannya) telah dianggap sesuatu yang tidak ada gunanya oleh Paulus. “Sunat memang ada gunanya, jika engkau menaati Hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah sunat?” (Surat Paulus kepada orang Kristen di Rom 2: 25-26).

Ternyata Paulus begitu pandai sekali memutar-balikkan kalimat. Bagaimana mungkin orang yang tak bersunat bisa dikatakan memperhatikan Hukum Taurat, jika Sunat itu sendiri merupakan suatu kewajiban dari Hukum Taurat? Kalau kita perhatikan ucapan Yesus di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa: Paulus akan menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Allah. Paulus dapat dianggap penyesat dari Hukum Taurat yang Yesus sendiri tidak berani merubahnya.

Kita ambil contoh lain dari begitu banyak Hukum Taurat yang dilanggar oleh murid-murid Yesus sendiri, Hukum itu ialah tentang hukum hari Sabat. “Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari Sabat-KU harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara AKU dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Aku-lah TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari Kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya. Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi Tuhan; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati” (Kejadian 31: l3-15).

Hari Sabat dan segala kekudusannya yang sudah begitu tinggi ditegaskan oleh Tuhan sampai-sampai kepada siapa yang melanggar ancaman hukumannya adalah mati, telah dilanggar sendiri oleh para murid Yesus dengan memetik gandum pada hari Sabat (Mateus 12: 2). Akan kita menaruh hormatkah kepada mereka yang melanggar hukum Taurat padahal guru mereka sendiri mengatakan bahwa kedatangan-NYA bukan untuk merubah hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya.

Kita kembali pada pertanyaan: Siapakah Penolong yang datang sesudah Yesus? Pauluskah? Sekarang kita sendiri dapat menjawab dengan tegas bahwa Penolong yang dimaksud oleh Yesus yang akan datang sesudah beliau adalah bukan PAULUS, karena Paulus telah menyelewengkan salah satu hukum Taurat tentang sunat yang oleh Yesus orang semacam Paulus dikatakan sebagai orang yang paling rendah dalam Kerajaan Allah.

Kalau kita mau kembali ucapan Yesus: “ dan baptislah mereka dengan nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” dan dapat kita baca, “ selamatkanlah mereka dalam ajaran Allah, ajaran para nabi dan ajaran seorang penolong yang datang sesudah Yesus, “

Yohannes Baptista Sariyanto Siswosoebroto

Leave a Reply